Salam Kebangsaan...
Perkembangan tehnologi militer yang sangat cepat dan tak terbatas banyak memberikan peluang untuk kemajuan dan keefektifan Angkatan Perang suatu negara. Perkembangan ini ditandai dengan dinamika sistem senjata yang cukup tinggi dan kemutakhirannya yang dapat diukur dalam hitungan tahun saja, hampir sama dengan kemunculan merk mobil baru dan merk telepon seluler. Salah satunya adalah peluru kendali sebagai senjata strategis yang cukup mahal harganya dan banyak diproduksi oleh negara-negara maju. Dari penyebutan namanya saja sudah cukup menunjukkan bahwa sistem senjata ini sangat dapat diandalkan dan masih menjadi senjata yang menakutkan dalam sebuah peperangan. Sejak kemerdekaan diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia sangat rajin membeli peluru kendali dari negara-negara maju seperti Rusia, Perancis dan Amerika, baru-baru ini buatan Cina juga ikut menambah koleksi milik Angkatan Laut. Pembelian terbesar ketika ketika Indonesia melakukan persiapan perang dalam rangka merebut Irian Barat dengan mendatangkan Suface to Air Missile (SAM) buatan Uni Sovyet SA-2 yang mampu merontokkan sasaran udara dengan cepat Mach-4, sebuah sistem senjata yang sangat canggih ketika itu. Sejak saat itu tidak ada lagi pembelian peluru kendali secara massive untuk kebutuhan Angkatan Perang karena perubahan politik. Selanjutnya sistem senjata yang terlanjur dibeli menjadi semakin usang dan tidak dapat digunakan lagi. Beberapa varian peluru kendali buatan Amerika pun pernah menghiasi Kapal Perang Republik Indonesia pada awal tahun delapan puluhan, namun karena embargo militer nasibnya sama dengan sebelumnya. Tahun enam puluhan Angkatan Laut pernah meriset peluru kendali namun tidak berlanjut karena perubahan suhu politik pada saat itu. Nampaknya sudah cukup banyak pengalaman Indonesia dalam pembelian peluru kendali dan sistem senjata pendukungnya. Lebih baik memaksimalkan peran sebuah Lembaga yang memang kompeten untuk membuat sistem senajta asal didukung dengan bantuan asistensi dan anggaran yang lebih agar dapat mengembangkan semaksimal mungkin sehingga ketertinggalan dengan negara di kawasan tidak terlalu jauh. Bila melihat prestasi orang pintar dan ilmuwan di tanah air sangat masuk akal sekali bila Indonesia akan mampu membangun kekuatan perangnya dari dapur sendiri asal mereka mendapat perhatian lebih dan tidak terbengkalai seperti alat ciptaannya. Tidaklah sesulit yang dipikirkan untuk membuat sebuah peluru kendali canggih yang dapat memenuhi kebutuhan sebuah Angkatan Perang, yang dibutuhkan hanyalah sebuah komitmen dan kepedulian politik nyata.