Salah satu hal penting yang paling sering terjadi di setiap jajaran manapun berkaitan dengan sistem senjata baru dan fasilitas pendukungnya adalah tidak terpelihara dengan baik kemampuan sumber daya manusia yang digunakan untuk mengoperasikan sistem senjata tersebut. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi bila pengawakan tidak dapat beroperasi dengan optimal, tinggal menunggu kapan waktunya menuju kerusakan. Radar pantai yang tergelar di sepanjang Selat Malaka bantuan dari Amerika yang jumlahnya lumayan banyak dan bila dioperasikan dengan baik dan benar akan menghasilkan output yang maksimal dan jelas menguntungkan bagi instansi yang memiliki kepentingan. Permasalahan adalah apakah sumber daya manusia yang mengawaki perangkat sistem senjata itu sudah dapat bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan? Tentunya kita semua berharap bahwa mereka dapat memberikan data yang lengkap dan keberadaan mereka dapat memberikan keuntungan bagi para pelintas di Selat Malaka. Layaknya sebuah pengendali lalu lintas udara meskipun mereka bukan bekerja untuk itu harus dapat mengenali, memberikan informasi yang tepat dan memadukan dengan kepentingan lainnya. Tujuan Amerika memberikan bantuan sistem senjata itu adalah untuk menekan grafik kejahatan lintas negara di sepanjang Selat Malaka. Apakah mereka sudah dibekali dengan pengetahuan itu dan apakah mereka sudah diberikan 'bayaran' yang layak di luar tugas rutin mereka? Tentunya pihak yang berkepentingan harus lebih jeli untuk memikirkan hal tersebut dengan meningkatkan kemampuan personil pengawak dan harus ada penghargaan yang sesuai sehingga mereka bukan menjadi sekedar penjaga barang baru tapi tidak tau bagaimana harus mendapatkan sesuatu yang bermanfaat untuk kepentingan pertahanan dari barang tersebut.
Samudera Raya Indonesia
Justru di Laut Bangsa Indonesia Jaya dan Sejahtera
Jumat, 22 Februari 2013
Selasa, 19 Februari 2013
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan
Salam Kebangsaan...
Salah satu tugas Angkatan Laut adalah pemberdayaan wilayah pertahanan laut dengan menyiapkan kekuatan pendukung dengan segenap komponen yang berada di dalamnya dan kekuatan cadangan lainnya untuk membantu upaya pertahanan negara melalui metode pembinaan teritorial matra laut yang lebih dominan pada penggunaan kekuatan non pertahanan. Di negara-negara maju penggunaan kekuatan cadangan dalam rangka mendukung upaya pertahanan sudah berjalan dengan baik dan hasilnya sangat efektif terutama untuk deteksi dini. Negara tetangga kita sudah menerapkan hal tersebut dengan membekali para nelayan dan pengguna jalur laut dengan kemampuan dasar pelaporan dan kepedulian untuk memberikan informasi aktual seputar kemunculan kapal perang, pesawat udara dan fenomena lainnya yang berhubungan dengan pertahanan. Tidak heran bila sebuah kapal ikan dilengkapi dengan radio panggil dan informasi pengolahan data lainnya berbasis satelit yang dapat langsung berhubungan dengan Pos Angkatan Laut untuk diteruskan ke komando atas. Hal ini sangat baik sekali apalagi tidak semua wilayah negara tersebut dapat diliput oleh pancaran radar permukaan atau radar pantai yang berada di sepanjang wilayah perbatasan. Sebagian besar nelayan-nelayan negara tetangga mengerti dan memahami jenis dan tipe kapal perang yang bukan milik Angkatan Laut negaranya sehingga dengan sangat mudah mereka mengenali dan memberikan laporan berupa informasi data mengenai kejadian di sekitar perairan tersebut. Laporan akan direspon dengan mengirimkan unsur yang terdekat atau unsur udara untuk men-check kebenarannya. Metode pemberdayaan ini cukup baik dan sudah menjadi kewajiban Angkatan Laut untuk menerapkan dan mengembangkan sesuai dengan kebutuhan tentunya harus ada kerja sama dengan instansi lainnya yang ada kaitannya dengan kelautan. Fungsi pertahanan laut memang sudah menjadi daily activity-nya Angkatan Laut namun pertahanan secara menyeluruh adalah kewajiban setiap warga negara.
Senin, 18 Februari 2013
Blusukan Cara Angkatan Laut
Salam Kebangsaan...
Bila kita sering melihat di saluran televisi nasional pasti ktia sering melihat tokoh inspiratif yang mewakili tokoh kaum muda Indonesia secara umum bagaimana melayani warganya yang sedang dalam kesulitan ke daerah-daerah yang jarang dijangkau oleh petugas pemerintah dengan kata lain 'blusukan'. Ini adalah seni kepemimpinan yang sudah sesuai dengan teori kepemimpinan lapangan dan sering digunakan oleh para Komandan militer di lapangan. Teorinya mengatakan bahwa seorang pemimpin harus dapat hadir di tengah-tengah anak buahnya dalam hal ini seorang pemimpin harus mampu dengan cepat berada di daerah yang paling kritis. Bila sang pemimpin sudah dapat melakukan hal itu maka dapat dipastikan bahwa anak buah akan tinggi morilnya. Model blusukan ini ternyata telah digunakan oleh Angkatan Laut melalui program rutin pemberdayaan wilayah pertahanan laut berupa Operasi Surya Bhaskara Jaya (Operasi SBJ) dengan menyalurkan bantuan-bantuan serta pengobatan masal ke pulau-pulau terluar dan pulau-pulau terpencil lainnya yang sulit dijangkau. Memang ini merupakan bagian dari tugas Angkatan Laut sesuai dengan Undang-Undang no.34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia dan dengan jelas telah diatur, bahasa kerennya 'civic misson'. Dapat dibayangkan betapa terhiburnya seorang bapak dan ribuan bapak ibu lainnya ketika beban mereka berkurang karena mendapat bantuan sembako dan bantuan kesehatan dari Angkatan Laut serta bergembira dapat melihat kembali kapal perang setelah terakhir kali melihat ketika kapal perang Jepang meninggalkan pulau itu karena menyerah dengan sekutu pada awal Agustus 1945. Intinya adalah bagaimana kemauan seseorang dapat menyampaikan langsung kepada bawahannya sehingga tujuan dapat terapai. Berharap besar bangsa kita bisa sejajar dengan bahkan lebih unggul dari bangsa lainnya dan semoga banyak pribadi lainnya yang mengikuti metode bapak yang sering terlihat di televisi itu.
Rabu, 30 Januari 2013
Yang Terlupakan Dibalik Alutsista
Salam Kebangsaan...
Untuk mendukung kinerja tugas bapak-bapak tentara dalam menjaga kedaulatan negara yang kita cinatai ini diperlukan ruangan kerja dan fasilitas latihan yang seharusnya memadai dan dapat diandalkan, mulai dari merencanakan sebuah program latihan, menganalisa sebuah data, memutakhirkan data, melaksanakan program tersebut sampai mengevaluasi hasil dari perencanaan tersebut. Bila kita jalan-jalan ke pelosok negeri ini masih banyak dijumpai fasilitas militer milik Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara bekas peninggalan masa penjajahan pemerintahan Potugis, Belanda dan Inggris yang masih digunakan. Bahkan masih ada sebuah kantor militer yang menggunakan mesin ketik buatan tahun 45-an dan masih dioperasikan sampai sekarang. Tentunya ini sangat memprihatinkan dan bagaimana mereka dapat menjadi prajurit yang profesional sesuai dengan tuntutan Undang-Undang yang telah ditetapkan, belum lagi ditambah dengan fasilitas teknologi informasi yang berada di pulau terluar. Untuk mengatasi persoalan ini tentunya harus ada kejujuran dari Pimpinan yang bertugas di lapangan dari unit yang paling terbawah dab berjenjang sampai keatas untuk melaporkan keadaan dan kondisi yang sebenarnya agar Pimpinan di pusat juga mengerti kondisi jajaran yang berada jauh dari pusat pemerintahan. Pemerintah juga harus memperhatikan hal ini sesuai dengan fungsinya masing-masing sehingga seluruh komponen dapat bersinergi dengan baik. Negara yang kuat harus didukung dengan Angkatan Perang yang kuat pula dengan pengawak yang profesional sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bila tidak diawali mulai sekarang lalu kapan lagi mereka akan menjadi penjaga kedaulatan negara yang profesional sesuai dengan tuntutan Undang-Undang.
Jumat, 25 Januari 2013
Bangunan Militer
Salam Kebangsaan...
Secara umum bangunan militer adalah bangunan yang difungsikan untuk kepentingan militer dapat berupa apa saja bentuknya dan tentunya diisi oleh personil militer pula. Namun kadang-kadang kita melihat ada bangunan militer yang tidak sesuai penggunaannya dan ini sangat memberikan peluang yang besar bagi penurunan fungsi bagi sistem senjata yang dimiliki oleh Angkatan Perang. Banyak bangunan peninggalan-peninggalan masa penjajahan Belanda, Jepang dan Inggris yang masih digunakan sampai sekarang untuk dialihfungsikan sebagai markas militer Indonesia yang kondisinya masih baik. Tapi perlu diingat bahwa bangunan masa perang dunia kedua tidak didisain untuk menyimpan alat dan peralatan yang menggunakan teknologi canggih seperti sekarang ini. Tidak dilengkapi dengan sistem pendingin udara dan sistem pemeliharaan ruangan lainnya yang memungkinkan sebuah alat dapat beroperasi dengan normal. Inilah yang membuat masa pakai sebuah peralatan jadi menurun karena tidak didukung dengan peralatan penunjang sehingga sering terjadi sebuah peralatan yang bagus seharusnya dapat digunakan selama 5 tahun tanpa perbaikan namun waktunya berkurang menjadi 2 tahun karena komponen yang mudah panas dan tidak sesuai dengan suhu ruangan yang dibutuhkan. Untuk menghindari hal ini sudah selayaknya pemerintah memikirkan pembangunan sarana dan prasarana pendukung untuk alat peralatan dan sistem senjata agar tidak mudah rusak sehingga penghematan anggaran dapat dilakukan dan lebih untung digunakan untuk kepentingan lainnya. Tidak ada yang tidak mungkin ketika kita ada kemauan dan pencapaian yang terukur.
Senin, 21 Januari 2013
Pengerahan Militer Dalam Bencana Banjir
Salam Kebangsaan...
Dalam musibah bencana alam banjir yang melanda hampir sebagian besar wilayah Jakarta beberapa hari yang lalu banyak melibatkan unsur-unsur dari TNI untuk memberikan bantuan kepada korban banjir dan penyaluran logistik. Dari TNI AD menerjunkan Kopassus, Kostrad, Kodam dan aparat teritorial lain lengkap dengan peralatannya, dari TNI AL menerjunkan Koarmabar, Kopaska, Denjaka, Marinir, Lantamal beserta peralatan dan perlengkapannya dan dari TNI AU menerjunkan Paskhas, unsur udara Hercules dan pesawat ringan lainnya untuk mengamati situasi di seluruh wilayah Jakarta melalui udara. Pertanyaannya adalah apakah pengerahan pasukan dan sistem senjata sebanyak itu sudah benar menurut aturan perundangan yang berlaku di Indonesia? Mari kita bahasa secara garis besarnya. Sesuai dengan Undang-Undang no.34 tahun 2004 tentang TNI disebutkan bahwa ada 14 tugas dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP) diantaranya adalah membantu tugas pemerintah daerah, bantuan penanggulangan akibat bencana alam pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan, serta membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan. Mekanismenya adalah permintaan dari pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur DKI Jakarta kepada Panglima TNI setelah menyatakan status Jakarta sebagai 'tanggap darurat'. Panglima TNI akan menanggapi permintaan Gubernur DKI Jakarta dengan memerintahkan Kepala Staf Angkatan untuk menyiagakan pasukan dan sistem senjatanya untuk membantu pemerintah sesuai dengan fungsinya masing-masing. Mekanisme ini telah dijalankan dengan baik oleh militer belajar dari pengalaman-pengalaman kejadian bencana yang menimpa Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya. Dalam operasi pencarian dan pertolongan unsur TNI AL yang terdiri dari Kopaska dan Denjaka dikerahkan untuk membantu mencari para pekerja yang terjebak di sebuah lantai dasar sebuah gedung bank swasta di Jakarta. Walaupun pengelola gedung terus menyangkal karena kesalahan sistem yang mengakibatkan para pekerja terjebak unsur TNI AL terus memberikan bantuan pertolongan dengan sepenuh hati. Dari kronologi yang singkat ini dapat disimpulkan dan menjawab pertanyaan diatas bahwa pengerahan pasukan sudah benar menurut aturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Konon kabarnya beberapa kapal perang milik Angkatan Laut yang sedang siaga di Pondok Dayung dan Kolinlamil memfasilitasi penyiapan logistik yang dimasak di dapur kapal perang untuk selanjutnya dibagikan kepada para pengungsi banjir.
Kamis, 17 Januari 2013
Modernisasi Sistem Senjata
Salam Kebangsaan...
Pada pertengahan tahun 2015 yang akan datang Angkatan Laut Australia (RAN) akan dilengkapi dengan helikopter serba bisa jenis MH-60R naval combat helicopter sebanyak 24 buah yang rencananya sebagian akan ditempatkan di geladak fregat kelas anzac. Bila jadi maka Australia merupakan negara pertama di luar Amerika yang menggunakan helikopter jenis tersebut untuk Angkatan Lautnya. Perkembangan dan modernisasi yang dilakukan oleh militer Australia tampaknya mengikuti tren yang sedang terjadi di kawasan Asia yang telah lebih dulu belanja peralatan untuk kebutuhan militernya. Namun dapat dipastikan bahwa Australia bukan latah namun memang waktunya mengganti helikopter seahawk yang telah bertambah usia dan kemampuannya semakin menurun untuk mendukung tugas-tugas Angkatan Lautnya. MH-60R memang cocok untuk Angkatan Laut dengan seabrek kemampuan yang dimiliki, diantaranya adalah mendukung operasi SAR, dukungan logistik, serang darat, angkutan pasukan, pengintaitan dan dapat dipasang perangkat yang mendukng untuk peperangan anti kapal selam. Australia tidak perlu pusing-pusing memikirkan perlombaan senjata di negara tetangganya, cukup dengan menghadirkan pasukan dari seberang dan menyediakan fasilitas latihan saja tanpa harus bersusah payah untuk pilih-pilih sistem senjata mana yang tepat untuk menangkal ancaman. Sebagai negara yang cukup banyak menggunakan produk yang berasal dari Amerika nampaknya mereka akan bersenang hati untuk menawarkan S-70N-2 yang secara bertahap akan di-grounded dengan harga yang tidak telalu tinggi dan pertukaran 'yang lebih besar' sesuai dengan kepentingannya. Pengalaman adalah guru yang paling berharga, harus bijak dalam menerima tawaran-tawaran dari mereka agar tidak terjebak dalam 'lingkaran' yang tak berujung.
Rabu, 16 Januari 2013
Asas Manfaat
Salam Kebangsaan...
Salah satu asas yang harus dipegang teguh dalam sistem perencanaan pembangunan pertahanan negara adalah asas manfaat, artinya perencanaan pembangunan pertahanan negara harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan prajurit maupun kebutuhan operasi dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan. Dari sini jelas bahwa perencanaan pembangunan dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan yang dapat berdampak langsung kepada moril prajurit. Hendaknya tidak boleh sewenang-wenang dalam menentukan suatu perencanaan pembangunan tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi terhadap peningkatan kesejahteraan prajurit. Untuk merencanakan pembangunan pangkalan militer diperlukan pertimbangan yang matang dan terukur, maksudnya tidak hanya sekedar pangkalan militer itu sendiri yang berdiri namun harus dipikirkan bagaimana memobilisasi para prajurit dan perlengkapannya untuk dapat berkumpul sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sehingga dapat lebih cepat untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh komando atas. bagaimana mungkin mereka dapat berkumpul dengan cepat bila tidak disiapkan sarana tempat tinggal dan transportasi yang memadai sehingga memaksa mereka untuk menggunakan angkutan lainnya yang mengeluarkan biaya. Nah inilah yang dimaksud dengan asas manfaat tadi harus benar-benar dipertimbangkan dengan baik dan dipikir masak-masak agar semua dapat berjalan seiring dan seirama.
Selasa, 15 Januari 2013
Lumba-lumba Penjaga
Salam Kebangsaan...
Untuk menjaga sebuah fasilitas pelabuhan Angkatan Laut yang penuh dengan sistem senjata dan material pendukung lainnya dari bahaya serangan bawah air yang dilakukan oleh pasukan katak atau pasukan khusus yang disiapkan dengan baik tentunya sangat rumit dan diperlukan persiapan penangkal yang mutakhir. Seperti apa persiapan yang mutakhir itu? setidaknya harus ada patroli menggunakan perahu cepat di sekitar dermaga pelabuhan dan deteksi bawah air untuk merekam kehadiran lawan serta bahan peledak yang cukup untuk menghancurkan. Namun bila semua persiapan itu telah dilaksanakan masih mungkinkah para pasukan katak itu mampu untuk menghancurkan fasilitas pangkalan dan sistem senjatanya? Jawabannya adalah tentu saja mereka masih dapat melakukan itu. Amerika yang menjadi salah satu rujukan dalam kemajuan militer di dunia telah mengembangkan hewan mamalia lumba-lumba untuk menjaga dan memproteksi fasilitas pelabuhan milik Angkatan Laut. Seperti halnya anjing yang menjaga fasilitas Angkatan Udara para lumba-lumba ini dilatih untuk mampu mengenali sabotir bawah air yang mencoba mengganggu fasilitas pelabuhan. Dalam sebuah latihan anti sabotase malam yang digelar oleh Angkatan Laut Amerika hasilnya cukup memuaskan, sebagian besar sabotir dapat 'ditemukan dan diserang' oleh tim lumba-lumba yang telah dilatih namun ada beberapa sabotir bawah air yang berhasil lolos. Ini merupakan langkah yang sangat maju bagi mereka, selain menghemat biaya tentunya banyak keuntungan lain yang didapat dari program ini. Indonesia sendiri punya kelompok lumba-lumba yang dapat dilatih namun belum optimal dimanfaatkan oleh kepentingan militer, bila dapat diaplikasikan pasti hasilnya akan sangat memuaskan tentunya dengan program latihan dan penelitian serta pengembangan yang membutuhkan waktu tidak cepat. Suatu hari nanti akan ada penjaga fasilitas pelabuhan tak berawak yang bertugas untuk menjaga dan melindungi dari bahaya serangan bawah air pasukan katak.
Senin, 14 Januari 2013
Belajar dari Kegagalan
Salam Kebangsaan...
Kejadian yang menimpa calon kapal perang republik Indonesia jenis kapal cepat rudal di Banyuwangi yang menyebabkan terbakar dan tenggelam di dermaga beberapa bulan yang lalu memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi pengembangan industri militer di tanah air. Seperti yang sudah dapat ditebak bahwa kambing hitam akan selalu salah dan selalu tidak benar dalam setiap permasalahan yang timbul. Keputusan untuk memilih sebuah kapal dari bahan serat komposit yang diklaim lebih kuat dari bahan logam baja tentunya harus mendapatkan apresiasi walaupun ketika itu belum benar-benar mempertimbangkan aspek keamanan dalam situasi khusus, namun langkah militer Indonesia untuk membuat konsep kapal perang yang anti radar sudah sangat tepat. Untuk membuat sebuah alat tentunya diperlukan riset dan biaya yang tidak sedikit sampai alat itu benar-benar mendekati sempurna dan mendapat stempel combat proven. Amerika untuk mengembangkan amphibious combat vehicle menjadi kendaraan tempur amfibi yang dapat berenang cepat setidaknya memerlukan ongkos sebesar US$ 3 Milyar walaupun pada akhirnya proyek tersebut dibatalkan sementara pada akhir tahun 2011 namun upaya ini adalah langkah kemajuan untuk tetap mengefektifkan armada kendaraan amfibi yang telah dimiliki. Penelitian dan Pengembangan sangat diperlukan dalam menghasilkan sebuah alat atau produk dengan segala macam aspek perimeter sebagai bahan pertimbangan. Ada beberapa macam institusi resmi tanah air yang sangat berkompeten dalam upaya pengembangan dan penciptaan alat dengan disiplin ilmu yang mereka kuasai. Sebut saja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang sangat menguasai bidang sistem komunikasi, penginderaan jauh dan data digital, Pusat Penelitian Metalurgi milik LIPI yang menguasai bidang teknik perlogaman sebagai pertimbangan material yang cocok untuk iklim Indonesia dalam mereduksi pancaran radar bekerja sama dengan PT PAL, PT DI yang mampu di bidang sistem navigasi dan dapat diaplikasikan di kapal perang serta badan-badan ahli lainnya dalam pengembangan sistem pendorong dan instrumen lainnya. Inilah yang dilakukan oleh negara-negara maju untuk menciptakan mesin perang dengan teknologi yang mutkhir dan dapat diandalkan serta dapat dibanggakan. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan masih banyak tugas yang menunggu di masa yang akan datang. Semoga saja ini menjadi pelajaran yang sangat berharga dan sebagai batu loncatan ke arah yang lebih baik dengan tidak mencari kesalahan dan kecerobohan pihak lain.
Langganan:
Postingan (Atom)