Sabtu, 25 Februari 2012

Resah

Salam Kebangsaan...
Beberapa waktu yang lalu media di Indonesia dihebohkan oleh berita mengenai rencana penempatan 2500 personel marinir Amerika Serikat di Darwin Australia menyusul kejadian insiden penembakan terhadap warga asing di Grasberg mine Tembagapura Papua. Hal ini diperkeruh oleh komentar politikus-politikus senayan yang sama sekali tidak mengerti tentang militer dan latar belakang ceritanya. Walaupun bukan sebagai anggota pakta pertahanan atlantik utara Australia memiliki hubungan kerjasama militer dengan Amerika. Kehadiran militer Amerika di Darwin bukan baru-baru ini saja namun sudah ada sejak lama untuk melindungi kepentingan mereka di Papua. Australia termasuk salah satu anggota pakta pertahanan FPDA (Five Power Defence Arrangement) yang terdiri dari Inggris, Australia, Malaysia, Singapura dan Selandia Baru yang didirikan pada tahun 1971 dimana salah satu perjanjian yang disepakati adalah saling melindungi khususnya Malaysia dan Singapura apabila ada ancaman dari luar. Siapa lagi kalo bukan Indonesia yang menjadi ancaman mereka ketika itu. Fakta lainnya Australia adalah negara contributor terbesar yang mengirimkan personel militer untuk membantu Amerika memerangi teroris di Afghanistan, dan sangat wajar apabila Amerika dan Australia memiliki hubungan militer walaupun tidak dalam satu pakta pertahanan. Pertanyaannya, mengapa mereka menambah kekuatan disana? Penambahan kekuatan di Darwin bukanlah untuk operasi bantuan kemanusiaan bila terjadi bencana di Asia namun lebih kepada membentengi kepentingan Amerika di Papua. Sangat mungkin sekali Amerika memainkan peranannya di Papua ketika mereka mengganggap bahwa insiden itu sudah menjadi masalah yang serius. Kekhawatiran tidak harus selalu dijawab dengan pengerahan kekuatan tandingan, namun dialog yang rasional dan komprehensif kadang dapat meluruhkan keresahan itu.