Salam
Kebangsaan...
Upaya Cina untuk membuka peluang bagi
pengembangan produk untuk menguasai pasar dunia tampaknya akan menjadi tantangan
baru yang menjanjikan banyak keuntungan. Hal ini diawali dengan kunjungan Gugus
Tempur ke-11 Angkatan Laut Tentara Pembebasan Cina (People’s Liberation Army Navy) ke Laut Hitam pada akhir bulan Juli
2012 yang lalu. Semenjak dahulu Cina memang selalu memegang teguh tradisi yang
diturunkan dari nenek-nenek moyangnya bahwa penguasaan dagang di seluruh dunia
harus selaras dengan militer yang memiliki kemampuan untuk mengamankan jalur
perdagangan. Bila kita melihat masa lalu bahwa Armada yang dipimpin oleh Laksamana
ChengHo pada awal abad ke 15 pernah singgah di beberapa tempat di Indonesia
untuk membukan hubungan dagang menggunakan 300 kapal perang dan kapal dagang
dengan lebih dari 25.000 awak kapal, dapat dibayangkan berapa Gugus Tempur yang
dikomandani olehnya. Potensi pasar di seputar Laut Hitam sangat besar dengan
keberadaan negara-negara disekitarnya yang sebagian adalah pecahan dari Uni
Sovyet. Cina tidak takut dengan kehadiran Armada Laut Hitam Russia yang memang
sudah sangat lama mengendalikan Laut Hitam karena Cina sendiri tidak menganggap
rival seperti negara besar selain Russia. Cina sangat gemar sekali untuk
memperluas wilayah ‘dagang’nya dengan pendekatan yang agak sedikit nekat dan
berani karena memang mereka suka berpetualang. Doltrin Angkatan Laut Cina untuk
mengembangkan Global Sea Power nampaknya
belum akan menimbulkan gesekan yang berpeluang untuk timbulnya konflik sejauh
peran diplomasi yang dimainkan dapat diterima oleh negara berdomain laut
lainnya. Bagaimana dengan Indonesia? Sebagai negara yang paling dominan di Asia
Tenggara harusnya dapat memainkan peran penting di kawasan Asia Tenggara
khususnya di Selat Malaka dan ALKI yang telah ditetapkan. Penetatapn itu harus
mampu mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan
kemajuan bangsa Indonesia.