Salam Kebangsaan...
Wahana-wahana tanpa awak seperti UAVs (Unmanned Aerial Vehicles) saat ini merupakan primadona bagi negara-negara maju untuk mendukung kebutuhan militernya. Perusahaan besar perakit pesawat terbang milik Russia Sukhoi sampai tertarik untuk mengembangkan wahana tanpa awak untuk melengkapi jajaran sistem senjata modernya. Sudah ada 3 purwarupa yang akan diproduksi secara masal yang rencananya akan dilempar ke pasar dunia. Wahana tanpa awak memang memiliki keunggulan seabrek dibandingkan dengan wahana berawak namun banyak pula kelemahannya dibandingkan dengan wahana yang diawaki oleh seorang pilot tempur yang sangat terlatih. Kemampuan terbang sebuah wahana tanpa awak yang paling canggih saat ini yang dimiliki Amerika cukup beragam, sebut saja Global Hawk dengan metode HALE (High Altitude Long Endurance) mampu terbang secara nonstop selama 18 jam dengan kecepatan diatas mach 1dan ketinggian maksimum 45000 feet. Sukhoi akan membuat wahana dengan kemampuan yang lebih unggul dan mampu terbang dengan ketinggian maksimum 53000 feet. Kelebihan lainnya adalah mampu melaksanakan fungsi kendali udara, penyerbu otomatis dan pengintaian. Dihadapkan dengan rumitnya permasalahan di Selat Malaka dan pelanggaran perbatasan sangatlah masuk akal bila Angkatan Laut memiliki Squadron UAV yang digelar di titik tengah Selat Malaka dengan kelengkapan dan spesifikasi yang dibuat khusus untuk pengamatan dan bantuan serangan terbatas, tentunya lengkap dengan fasilitas pangkalan dan sumber daya manusianya. Diantara spesifikasi khusus yang harus dimiliki adalah mampu terbang rendah dan hover menyesuaikan dengan cepat kapal-kapal yang melintas dan mampu memberikan data real time. Dengan tergelarnya wahana tanpa awak di lintasan rawan seperti sepanjang ALKI dan perbatasan lainnya diharapkan dapat memberikan perlindungan maksimal bagi pengguna dari negara lain dan menekan pelanggaran batas wilayah sehingga daya tawar Indonesia di mata internasional semakin meningkat.