Rencana Russia untuk membangun
Pangkalan Angkatan Laut di luar wilayah kedaulatan Russia nampaknya semakin
terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi meskipun dibantah oleh pihak
pemerintah. Beberapa negara yang berpotensi menjadi Pangkalan Angkatan Laut di
luar Russia adalah Vietnam yang akan menyusul Cuba dan Republik Syclles sebuah
negara kepualauan di Samudera Hindia sebelah utara Madagaskar heading 090 dari Kenya. Tentunya ada
berbagai macam pertimbangan mengapa dipilih Vietnam sebagai calon kuat
Pangkalan Angkatan Laut-nya. Dapat dipahami bahwa Vietnam merupakan pengguna
produk terbesar dan setia Russia sejak Sovyet bersatu termasuk kapal selam
berpenggerak diesel elektrik kelas Kilo di kawasan Asia Tenggara. Yang paling
mendasar adalah Russia ingin lebih eksis di kawasan perairan Asia khususnya
Laut Cina Selatan yang mengandung potensi sumber daya alam melimpah. Ini bukan
peningkatan ketegangan namun lebih kepada mempertahankan pengaruh ‘berkawan’
atas kehadiran Amerika yang agak sering disana. Indonesia harus memandang hal
ini sebagai hal yang positif dan harus dapat mengambil keuntungan dari
kehadiran Angkatan Laut Russia di Vietnam. Sebagai pengguna produk Russia
nampaknya Vietnam tidak keberatan untuk menerima tawaran kerja sama alih
teknologi di bidang militer. Tidak ada larangan bagi negara manapun di seluruh
dunia untuk berkawan dengan negara lain sejauh sama-sama menguntungkan. Kehadiran
negara besar di Asia bukan ancaman bila kita dapat mengubah perspektif dan cara
pandang kita terhadap kawan dan lawan.