Senin, 03 September 2012

Lapak di Laut Hitam

Salam Kebangsaan...
Upaya Cina untuk membuka peluang bagi pengembangan produk untuk menguasai pasar dunia tampaknya akan menjadi tantangan baru yang menjanjikan banyak keuntungan. Hal ini diawali dengan kunjungan Gugus Tempur ke-11 Angkatan Laut Tentara Pembebasan Cina (People’s Liberation Army Navy) ke Laut Hitam pada akhir bulan Juli 2012 yang lalu. Semenjak dahulu Cina memang selalu memegang teguh tradisi yang diturunkan dari nenek-nenek moyangnya bahwa penguasaan dagang di seluruh dunia harus selaras dengan militer yang memiliki kemampuan untuk mengamankan jalur perdagangan. Bila kita melihat masa lalu bahwa Armada yang dipimpin oleh Laksamana ChengHo pada awal abad ke 15 pernah singgah di beberapa tempat di Indonesia untuk membukan hubungan dagang menggunakan 300 kapal perang dan kapal dagang dengan lebih dari 25.000 awak kapal, dapat dibayangkan berapa Gugus Tempur yang dikomandani olehnya. Potensi pasar di seputar Laut Hitam sangat besar dengan keberadaan negara-negara disekitarnya yang sebagian adalah pecahan dari Uni Sovyet. Cina tidak takut dengan kehadiran Armada Laut Hitam Russia yang memang sudah sangat lama mengendalikan Laut Hitam karena Cina sendiri tidak menganggap rival seperti negara besar selain Russia. Cina sangat gemar sekali untuk memperluas wilayah ‘dagang’nya dengan pendekatan yang agak sedikit nekat dan berani karena memang mereka suka berpetualang. Doltrin Angkatan Laut Cina untuk mengembangkan Global Sea Power nampaknya belum akan menimbulkan gesekan yang berpeluang untuk timbulnya konflik sejauh peran diplomasi yang dimainkan dapat diterima oleh negara berdomain laut lainnya. Bagaimana dengan Indonesia? Sebagai negara yang paling dominan di Asia Tenggara harusnya dapat memainkan peran penting di kawasan Asia Tenggara khususnya di Selat Malaka dan ALKI yang telah ditetapkan. Penetatapn itu harus mampu mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kemajuan bangsa Indonesia.