Senin, 09 April 2012

Sejarah Bangsa Sendiri

Salam Kebangsaan...
Akhir-akhir ini dunia perfilman Indonesia diramaikan dengan hadirnya film-film nasional yang bertemakan tentang perjuangan di tahun 1945 yang dibumbui cerita percintaan seputar anak muda dan pengaruhnya dengan lingkungan pada masa itu. Hal ini merupakan fenomena yang menarik karena telah beberapa lama film yang bertema tentang perjuangan tidak diproduksi karena tidak dapat memberikan keuntungan yang signifikan di industri perfilman Indonesia. Bangkitnya industri film Indonesia khususnya yang menceritakan tentang heroisme para pendahulu di masa perjuangan patut mendapatkan penghargaan sebagai langkah nyata untuk menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsanya sendiri. Namun sayangnya film-film ini belum mendapatkan tempat yang layak di hati para penonton layar lebar yang cenderung menikmati film produksi dari negara lain yang lebih menarik dan seru dilihat. Bahkan yang pernah saya alami di suatu tempat nonton terkenal ibukota hanya satu dua penonton saja yang rela beli karcis untuk nonton film perjuangan Indonesia dan ironisnya justru ramai ketika film yang diputar bertema action mandarin atau fiction non ilmiah yang bahasanya sangat sulit untuk dipahami. Pertanyaannya adalah sudah sampai tahap seperti itukah penghargaan kita terhadap karya bangsa sendiri sehingga tidak lagi menghargai karya sendiri? atau justru sebaliknya, para produser dan sutradara sudah tidak lagi mampu menghasilkan film yang berkualitas sebagai sarana untuk meningkatkan 'kebanggaan' terhadap bangsa sendiri? Film atau gambar bergerak bersuara merupakan sarana yang paling ampuh sebagai media 'propaganda' negara untuk mengajak rakyatnya ke arah yang telah ditentukan dengan menyelaraskan pola pikir, pola tindak dan pola sikap sebagai bangsa yang lebih unggul. di negara-negara maju film sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi dan merupakan tanggung jawab pemerintah untuk mencerdaskan dan memajukan bangsanya. Apalagi film perjuangan yang notabene merupakan ungkapan sejarah di masa lalu yang dapat dijadikan panutan bagi generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Bangsa ini telah melalui berbagai macam perjuangan dan pengorbanan untuk dapat meraih kemerdekaan yang dirasakan pada hari ini, tentunya banyak pula kisah-kisah heroik dan patriotik yang dapat dijadikan teladan bagi generasi muda. Sudah selayaknya pemerintah memberikan perhatian lebih dalam mengangkat kisah tersebut ke dalam layar lebar. Kita punya banyak sutradara kaliber dunia yang mampu membuat film seperti itu. Bila ada kemauan dari pemerintah tentunya sangat mudah mewujudkan hal tersebut. Sudah banyak pekerja industri perfilman yang mengenyam pendidikan di luar negeri dan bila keahlian mereka dihargai tentunya keinginan untuk mewujudkan hal tersebut dapat tercapai. Dengan mengeluarkan 'sedikit' anggaran yang diambil dari keuangan negara saja sebenarnya sudah cukup untuk menjawab permasalahan itu dan memang harus ada political will yang jelas. Tidak susah untuk berubah ke arah yang lebih baik dengan duduk bersama dan saling bicara menggunakan hati yang jernih. Kita masih punya ribuan bahkan jutaan kisah heroik dan patriotik yang tak kalah serunya dengan kisah di dalam film mereka.

Jumat, 06 April 2012

Nasionalisme

Salam Kebangsaan...
Nasionalisme adalah sebuah kata yang sering didengar dan diucapkan namun belum tentu dapat melaksanakan sesuai dengan makna yang dimaksud. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) arti kata 'nasionalisme' adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsanya sendiri, kesadaran keanggotaan suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu dalam semangat kebangsaan. Pertanyaannya adalah sampai sejauh mana nasionalisme masyarakat Indonesia dalam menghargai karya bangsanya sendiri dan apakah nasionalisme itu dapat diukur dengan membeli barang atau peralatan yang diproduksi oleh negaranya sendiri? Ketika Bangsa Indonesia dilecehkan oleh negara tetangga dengan membajak salah satu karya warisan leluhur tanpa diperintah seluruh orang mengecam dan bahkan membuka pendaftaran untuk pergi perang dengan negara tersebut. Namun ketika wilayah kedaulatan kita terusik dan dibuat mainan oleh negara lain maka hanya segelintir orang saja yang menyuarakan bahwa Alutsista Angkatan Perang kita sudah banyak yang rusak dan tidak dilengkapi dengan senjata yang mutakhir, lalu kemanakah sebagian besar masyarakat yang ingin ikut perang tadi? Hal ini seharusnya tidak terjadi manakala bangsa ini konsisten terhadap pembangunan Angkatan Perangnya yang jauh tertinggal secara kualitas dan kuantitas dengan negara tetangga. Komitmen ini tidak boleh diselewengkan sehingga yang terjadi adalah Parlemen yang merupakan wakil rakyat justru mempertanyakan kenapa Alutsista ini dibeli dari negara ini dan itu dan mereka cenderung untuk membelokkan ke negara lainnya karena 'sesuatu' hal yang tidak bisa dijelaskan. Ini jelas sangat merugikan bagi si pengguna karena secara perhitungan justru si penggunalah yang betul-betul tau bagaimana efek tangkalnya bila peralatan tersebut dapat digunakan oleh Angkatan Perang negara ini. Harapan kedepan adalah marilah duduk bersama dan bicara dengan kepala dingin sehingga dapat menghasilkan sebuah keputusan yang dapat dijalankan secara sinergi. Bukankah nasionalisme dapat tumbuh ketika kita sudah saling sepaham dan sejalan? Mari kita renungkan bersama.

Kamis, 05 April 2012

Berlatih Kalah

Salam Kebangsaan...
Tujuan Latihan secara umum adalah menguji sampai sejauh mana tingkat kesiapsiagaan tempur prajurit dan peralatan yang digunakan dari mulai perorangan sampai tingkat lanjutan dalam satu sistem senjata yang besar sehingga benar-benar mampu dan layak untuk dioperasikan secara bertingkat bertahap dan berlanjut. Latihan yang dilaksanakan selama ini lebih bersifat normatif dan cenderung monoton sehingga mudah ditebak tahapan-tahapan latihannya dari sejak perencanaan, persiapan, pelaksanaan hingga tahap pengakhiran. Ujung-ujunganya adalah kemenangan mutlak tanpa tandingan oleh pihak pelaku latihan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi dalam perang yang sesungguhnya tanpa menghitung jatuhnya korban dan kerugian yang diderita oleh warga masyarakat disekitarnya bila ini benar-benar terjadi. Belum pernah ada gagasan latihan dalam skala besar yang melibatkan seluruh komponen masyarakat dan hal terpenting disini adalah bagaimana tindakan Angkatan Perang dan negara ketika kalah dalam melakukan perang yang sesungguhnya. Latihan-latihan puncak yang dilaksanakan selama ini fine-fine aja artinya pastilah penyelenggara yang menang dan tidak pernah dilatihkan keadaan khusus atau situasi khusus ketika setengah dari kekuatan Armada Kapal Perang kita habis, setengah dari kekuatan Infantri kita habis atau 3 Skuadron Buru Sergap kita dihancurkan oleh negara lawan. Negara-negara maju sudah memberikan banyak contoh kepada kita mengenai hal tersebut, mereka menyadari bahwa perang itu bukan saja membawa petaka bagi tentaranya namun juga membawa kerugian bagi warga masyarakat disekitarnya. Lalu apa yang mereka perbuat? Dalam sebuah serial latihan yang pernah dilaksanakan oleh Amerika mereka melatihkan bagaimana kesiapsiagaan Angkatan Perangnya untuk memindahkan masyarakat yang tempatnya dianggap akan berdampak karena perang tersebut. Mereka juga melatihkan bagaimana bila separuh dari peralatan militernya lumpuh tidak dapat digunakan karena kemampuan lawan yang lebih, dan mereka juga melatihkan bagaimana bila setengah dari kekuatan tentaranya kalah dan tidak mampu merebut keunggulan di darat, laut, udara dan dimensi lainnya. Hal ini sangat menarik dan keadaan seperti itu dapat terjadi pada semua Angkatan Perang. Ada satu sisi positif yang kita dapatkan dengan melatih keadaan tersebut yaitu keterpaduan dan kerjasama dengan komponen lainnya. Harapan kedepan adalah terwujudnya konsep latihan yang dapat memadukan antara sipil dan militer sehingga asumsi-asumsi ancaman yang datang dari luar dapat diperkecil peluangnya.

Rabu, 04 April 2012

Kendaraan Taktis

Salam Kebangsaan...
Dalam sejarah perkembangan militer di dunia keunggulan dalam menempatkan pasukan, kecepatan mendistribusikan logistik dan rentang kendali yang singkat merupakan satu aspek penting dalam memenangkan sebuah pertempuran. Mobilitas pasukan harus didukung dengan sarana yang memadai sehingga titik-titik strategis dapat direbut dengan cepat sebagai tumpuan penentu untuk melanjutkan operasi berikutnya. Untuk mendukung mobilitas yang tinggi diperlukan kendaraan yang mampu bergerak cepat di semua medan dengan ketahanan yang tangguh. Negara-negara maju di Amerika, Eropa dan sebagian besar Asia telah mengembangkan kendaraan taktis untuk kebutuhan pasukan-pasukannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang berbeda. Sebagai contoh Korea Selatan yang telah mengembangkan kendaraan taktis untuk komando (fungsi kendali) yang dilengkapi dengan peralatan kendali dan komunikasi sampai kendaraan berat untuk angkut kendaraan tempur lainnya. Awalnya penciptaan kendaraan taktis itu memang tidak sempurna namun setelah beberapa lama digunakan oleh Angkatan Perangnya diadakan evaluasi dan perubahan sehingga lama kelamaan berubah wujud menjadi lebih baik dalam beragam varian. Hal ini sangat menguntungkan bagi Angkatan Perang yang terus didukung oleh kendaraan baru dan bagi Industri Pertahanan yang dapat bersaing dengan negara lainnya. Bagaimana dengan Indonesia? ada beberapa prototipe (purwarupa) yang akan menjadi cikal bakal kendaraan taktis Indonesia dan sebaiknya ini harus dipandang positif karena butuh penyempurnaan dan riset yang lebih mendalam. Untuk membuat kendaraan sekelas Humvee milik Amerika memang dibutuhkan waktu dan pengalaman yang tidak sedikit. Banyak ahli otomotif dan rancang bangun kendaraan di Indonesia dan tinggal memadukan saja. Harapan kedepan TNI tidak lagi menggunakan kendaraan taktis yang kuno dan tidak sesuai lagi dengan iklim di Indonesia sehingga keunggulan di medan laga dapat dicapai dengan gemilang. Namun sampai sejauh mana komitmen para penyelenggara negara untuk mau membesarkan Tentaranya? Tentunya ini menjadi bahan pemikiran kita bersama.

Selasa, 03 April 2012

BKR Laut Pusat 1945

Salam Kebangsaan...
Dari sebuah literatur lama mengenai perjuangan diawal kemerdekaan yang saya baca ternyata ada satu hal menarik yang belum banyak diketahui oleh banyak orang. BKR (Badan Keamanan Rakyat) Laut Pusat pernah bermarkas dan berkantor di Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat setelah Republik Indonesia resmi diproklamasikan. Mengutip sebuah paragraf yang terdapat dalam buku tersebut sebagai berikut ; Begitu BKR dibentuk dengan persenjataan yang sederhana langsung diterjunkan kedalam pertempuran-pertempuran sehingga Badan Keamanan ini berangsur-angsur berubah bentuknya menjadi tentara yang bersenjatakan brengun, stengun, tommygun dan senjata modern lainnya hasil rampasan. Sebelum tanggal 10 September 1945 belum terdapat pemisahan nama BKR Darat dan BKR Laut yang ada hanya satu BKR. Pada tanggal 10 September 1945 berdiri BKR Laut di Jakarta sebagai BKR Laut Pusat dengan Markas Besarnya yang menempati sebuah gedung di Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat yang sekarang menjadi bangunan gedung SMP Negeri II Jakarta. Kemudian BKR Laut berubah menjadi TKR Laut sampai menjadi ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) dan semua perubahan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat juga diikuti oleh BKR Laut yang terdapat di semua pelabuhan di seluruh Indonesia. Yang ingin disampaikan disini adalah bahwa TNI AL (nama sekarang) pernah berkantor di sebuah gedung yang berada di Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat namun bila kita berkunjung kesana tak ada tanda-tanda bahwa gedung itu pernah menjadi kantor para Petinggi Angkatan Laut ketika itu. Sejarah tidak boleh dihilangkan dan sudah selayaknya ada pemikiran dari TNI AL untuk membuat sebuah penanda agar generasi penerus TNI AL pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mengerti bahwa bangunan tersebut merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Senin, 02 April 2012

Lumbung Ikan

Salam Kebangsaan...
Dalam strategi perang yang masih digunakan ada beberpa titik logistik wilayah yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh komponen bila keadaan memaksa dan harus melakukan hal itu yaitu  lumbung padi di pulau Jawa. Ketika logistik reguler sudah tidak dapat mendukung secara normal maka titik-titik logistik yang sudah disiapkan dan dipetakan dapat didayagunakan dengan maksimal. Bagaimana dengan strategi petahanan laut? Ada beberapa perairan yang digunakan sebagai lumbung ikan sebagai cadangan logistik bila terjadi perang, mulai dari perairan di sebelah barat sampai di perairan sebelah timur. Konsep lumbung ikan terdengar seperti aneh namun bila itu benar-benar terjadi banyak manfaat yang dapat diambil. Bukan hanya militer saja yang harus mengerti mengenai konsep ini namun masyarakat juga harus memahami agar dapat dipelihara keberadaannnya. Pemanfaatan sumber daya nasional bila dilaksanakan secara total tentunya akan memberikan dampak yang positif bagi seluruh komponen bangsa. Kedepan akan ada lebih banyak lumbung-lumbung lainnya untuk kepentingan pertahanan negara.

Minggu, 01 April 2012

Pembatasan Energi

Salam Kebangsaan...
Sumber energi merupakan substansi mutlak yang diperlukan oleh negara untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyaknya. Kelangkaan energi memaksa negara untuk mencari sumber energi lain dan menekan penggunaan energi semaksimal mungkin. Alternatif energi yang belum dicoba oleh Indonesia adalah energi tenaga nuklir yang telah digunakan oleh negara-negara maju lebih dulu. Beberapa waktu yang lalu sempat digulirkan rencana pembangunan pusat listrik tenaga nuklir di pulau Jawa namun entah kenapa rencana itu kandas lagi. Penggunaan tenaga nuklik sebagai alternatif pilihan sumber energi merupakan pilihan yang tepat karena banyak pertimbangan yang menguntungkan dibandingkan dengan ruginya. Penerapan sebuah sistem yang baru tentu saja ada resiko yang harus diperhatikan dengan catatan dapat terjadi bila tidak memenuhi mekanisme operasional. Jadi alternatif pilihan tenaga nuklir sudah merupakan pilihan yang tepat untuk mengatasi kelangkaan energi dengan segala kelebihan dan kekurangannya.